Rabu, 01 Februari 2017

MODAL AWAL DI JAKARTA HANYA KOPER DAN SEPEDA

     Ia melewati masa kecilnya di Sukohardjo,Solo.Kehidupan orang tuanya sungguh prihatin.Bapaknya membuka usaha jahitan sedangkan ibunya membuka warung kecil-kecilan yang menjual makanan kecil.Ketika usia 8 tahun ia membantu kedua orang tuanya mencari nafkah.Selain membantu bapaknya,ia juga membantu ibunya.Untuk menyiapkan barang dagangan,dia pergi ke pasar membeli sabun,teh,rokok,pisang,dan kelapa.Tiap kali dagangannya laku,sang ibu akan memberi persenan.Uang itu ditabung dan ketika banyak dibelikan ayam.Karena bagi dia jika ayamnya sudah banyak,dia dapat jual lalu dibelikan kambing,kambingnya banyak dibelikan kerbau.Di saat liburan sekolah ia juga membantu menuai padi di Sawah.
     Di usia 24 tahun ia merantau ke Jakarta untuk memperbaiki nasib.Waktu turun dari Stasiun Gambir yang ia bawa hanyalah kopor dan sebuah sepeda.Ia sempat bekerja di DepDagRI tetapi akhirnya pindah ke sebuah percetakan swasta untuk menambah penghasilannya.Baru setahun ia merantau,ia sudah berani menikahinya kekasihnya di Solo.Mereka tinggal di Jakarta dan tinggal di rumah bambu 3 x 3 m.

Apa yang bisa dilakukan pemuda ini dengan modal koper dan sepeda di Jakarta?

Apa yang bisa dilakukan pengantin baru ini untuk mengubah kehidupannya yang berawal dari kamar kecil berdinding bambu?

    Sekalipun modalnya minim,sekalipun tinggal di rumah reot,dia tetap mampu merintis bisnis yang kemudian berkembang menjadi jaringan hotel terbesar di Indonesia.Ini adalah kisah Sukamdani Sahid Gitosarjono yang juga pendiri jaringan Hotel Sahid Jaya Internasional yang kini mempunyai 14 hotel mencangkup 2750 kamar dan masih berkembang terus.Sahid sudah menerima 15 tanda jasa dan bintang kehormatan atas karyanya.Atas kepiawaiannya berbisnis,ia lalu ditunjuk sebagai ketua umum KADIN pada 1982 dan terpilih lagi di tahun 1985.
     Bisnis perhotelannya justru dimulai dari pekerjaan percetakannya.Setelah tahu seluk beluk percetakan ia lalu mendirikan percetakan sendiri dengan membeli 2 buah mesin cetak hand press dengan bantuan 2 orang pekerja.Usahanya berkembang dan ia bisa membeli rumah yang disewanya dan mempekerjakan ratusan orang.
     Ketika pariwisata mulai digalakkan pemerintah,Sahid tertarik untuk bisnis perhotelan dan menjadikan tempatnya sebgai hotel pertama di Jakarta.Ia pun menyulap kamar gedegnya menjadi hotel mewah.





Hikmah:

    Sahid Gitosarjono membuktikan bahwa bisnis dimulai dari bawah tanpa modal besar mempunyai peluang sukses yang tak ada batasnya.Ia bahkan memulai bisnis di Jakarta di tempat yang tak begitu dikenalnya.Selain itu Sahid gitosarjono juga tak terpaku pada 1 peluang.Ia memulai dari percetakan tapi kini ia besar sebagai pengusaha perhotelan.Tak berhubungan bukan?Karena ia percaya bisnis apapun jika dikelola dengan baik dan dikerjakan dengan ketekunan akan sukses.



Sumber:
Alamsyah,Isa.2010.NO EXCUSE.Depok:Asma Nadia Publishing House.
 


Ingin merubah kehidupan yang lebih baik bersama saya
Hubungi : Santy Marlina (Lina) 
SMS/WA : 081219992862
PIN : 546D27CF
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar