Berawal dari kekagumannya pada setiap detil jam tangan kayu buatan Yogyakarta bermerek Amerika yang dibelinya dengan harga 2 juta, tiba-tiba sebuah ide muncul di kepala pria bernama lengkap Lucky Danna Aria ini. “Sepertinya akan bagus jika membuat jam tangan kayu dengan merek asli Indonesia.”
Karakter orang Indonesia yang suka hal-hal baru, terutama pada target pasar 20-35 tahun, sangat menginspirasinya. Dan inspirasi itu tidak dibiarkan menguap begitu saja. Dengan modal tekad kuat, Lucky melakukan riset sepanjang tahun 2011 untuk memulai usaha. Menurutnya inovasi adalah proses setelah kreatif.
Punya ide tapi tidak dieksekusi tidak ada gunanya. Maka dengan modal awal 30 juta rupiah yang dikumpulkan dari gajinya, Lucky mulai mencari orang yang bisa membuat jam tangan kayu. “Dulu waktu saya cari-cari orang yang bisa bikin jam tangan kayu, saya dibilang gila. Tapi saya berpikir lagi, pasti bisa, toh jam tangan kayu yang saya beli bisa dibuat,” kisah Lucky penuh percaya diri.
Tekadnya sejak awal memulai usaha yang diberi nama Matoa itu adalah mengusung konten Indonesia untuk bersaing di pasar global. Saat ini semua produk Matoa menggunakan nama-nama pulau di Indonesia dan akan terus begitu jika muncul jenis atau model baru. Hingga kini sudah ada tujuh jenis produk Matoa, yaitu, Rote, Sumba, Gili, Moyo, Flores, Alor, dan Karo. Rote dan Sumba berhasil menjadi primadona.
Bahan dasarnya menggunakan kayu dari berbagai daerah (contoh: kayu Sonokeling) dan kayu impor dari Kanada (kayu maple). Pemilihan kayu, berdasarkan syarat padat, halus, tahan benturan. Kreasi dan inovasi sampai mati yang dianut founder sekaligus CEO Matoa ini juga terlihat dari usaha pengembangan Matoa. Saat ini, ia tengah mencoba membuat speaker dari kayu, dasi kupu-kupu dari kayu, dan produk-produk lainnya.
Saat Matoa didirikan awal tahun 2012, Lucky belum punya mesin sehingga mengupah orang lain untuk membuatnya. Sekarang, Lucky sudah punya mesin sendiri dan pembuatan sudah dilakukan sendiri. Pengembangan model juga bisa dilakukan dengan lebih leluasa. Produksi pertama hanya 100 pieces perbulan, dengan hanya dua pekerja, Lucky dan satu temannya. Pengerjaannya pun hingga 2 bulan. Sangat tidak disangka, ternyata 100 pieces itu ludes dalam 4 hari, saat diikutsertakan dalam pameran di Jakarta.
Pada awalnya, dia mengatakan butuh waktu lama untuk bisa mendapatkan bahan baku yang dibutuhkan. Selain itu, dalam permodalan pun dia kerap ditolak oleh perbankan karena dianggap belum bankable. “Itu titik terendah saya untuk terus memantapkan diri untuk meneruskan usaha ini,” ujarnya. Meskipun begitu, Lucky tidak menyerah, hingga akhirnya mendapatkan bantuan pinjaman melalui ‘venture capital’ dari PT. Sarana Jabar Ventura hingga mampu membuatnya berkembang hingga saat ini.
Setelah berkembang, persoalan baru muncul yakni masih minimnya spare part jam tangan yang masuk ke Indonesia karena belum ada industri jam tangan di sini. Akibatnya kapasitas produksi yang dihasilkan pun belum terlalu banyak, hanya sekitar 100-150 unit per bulan; meski permintaan terus bertambah. Namun, saat ini produksinya sudah mencapai 750 pieces perbulan dengan 25 orang staf dan pengrajin.
Banyaknya pesanan yang masuk, membuat Lucky dan pekerjanya kewalahan. Oleh karena itu, ia menerapkan sistem pre order. Proses produksinya pun sulit karena diperlukan faktor ketelitian yang sangat tinggi. Jika meleset sepersekian mm saja sudah tidak bisa dilanjutkan lagi. Matoa sendiri dijual dengan harga yang lumayan yaitu Rp. 980.000/piece. Namun, masih lebih terjangkau jika dibandingkan dengan jam tangan kayu merek lain.
Keberhasilan dalam bisnis ini, diakui Lucky berkat bekal yang ia dapat selama bekerja. Meskipun sudah tiga kali pindah kuliah, Lucky tak pernah menamatkan kuliahnya. Kebetulan, saat bekerja, ia selalu ditempatkan di marketing. Ilmu marketing yang ia dapat dari tempat kerja itulah yang banyak membantunya.
Sebagai entrepreneur, kewajibannya terhadap kepuasan pelanggan diutamakan. Oleh karena itu, Matoa memberikan garansi 1 tahun untuk body atau rangka yang patah atau rusak, bahkan karena kesalahan pengguna sendiri. Semua itu bisa diganti dengan yang baru. Kepercayaan konsumen juga hal yang sangat penting dalam bisnis. Menurutnya, Matoa bisa menjadi besar seperti sekarang (bisa mencapai pasar di Singapura, Malaysia, Jepang, bahkan Jerman) adalah berkat promosi yang dilakukan konsumennya, baik itu yang beredar dari mulut ke mulut maupun melalui media sosial. Promosi gratis itu, didapatkan karena kualitas yang terjaga.
Ke depannya, Lucky ingin memperbanyak titik distribusi, dan terus berinovasi. Menurutnya, inovasi itu tak pernah mati hingga tuannya mati. Pernah gagal, bukan menjadi penghalang untuk tetap berkarya. “Matoa pernah gagal produksi. Ada jam tangan yang memuai sehingga bertambah panjang, mengkerut, bahkan berubah warna. Toh jika kegagalan itu dipelajari, tak akan terjadi kesalahan serupa,” Lucky yakin. Selain itu dalam menjalankan bisnis Lucky menerapkan prinsip yang memperlakukan ‘brand’ seperti layaknya makhluk hidup. Lucky memberikan "karakter" di Matoa dan rencana perusahaan selalu dia jalankan dengan hati.
Sumber:
Andriewongso,tim."Lucky D.Aria,Kembangkan jam tangan kayu yang kini mendunia."https://www.andriewongso.com/ide-gila-jam-tangan-kayu-yang-kini-mendunia/ (Diakses 21 maret 2017)
Jika anda ingin perubahan hidup
Hubungi:
Santy Marlina- Konsultan Independen Oriflame
Pin :546D27CF
Santy Marlina- Konsultan Independen Oriflame
Pin :546D27CF
SMS : 081219992862
Tidak ada komentar:
Posting Komentar